Pengangkutan Udara
• Undang- undang no 1 tahun 2009 tentang penerbangan
Tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang dan/ pengirim kargo
Pasal 141
(1) Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian penumpang yang meninggal
dunia, cacat tetap, atau luka-luka yangdiakibatkan kejadian angkutan
udara di dalam pesawat dan/atau naik turun pesawat udara
(2) Apabila kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) timbul karena
tindakan sengaja atau kesalahan daripengangkut atau orang yang
dipekerjakannya, pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang timbul
dan tidak dapat mempergunakan ketentuan dalam undang-undang ini untuk
membatasi tanggung jawabnya
(3) Ahli waris atau korban sebagai akibat kejadian angkutan udara
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melakukan penuntutan ke
pengadilan untuk mendapatkan ganti kerugian tambahan selain ganti
kerugian yang telah ditetapkan.
Pasal 142
(1) Pengangkut tidak bertanggung jawab dan dapat menolak untuk
mengangkut calon penumpang yang sakit, kecuali dapat menyerahkan surat
keterangan dokter kepada pengangkut yang menyatakan bahwa orang tersebut
diizinkan dapat diangkut dengan pesawat udara. Penumpang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib didampingi oleh seorang dokter atau perawat
yang bertanggung jawab dan dapat membantunya selama penerbangan
berlangsung.
Pasal 143
Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian karena hilang atau
rusaknya bagasi kabin, kecuali apabila penumpang dapat membuktikan bahwa
kerugian tersebut disebabkan oleh tindakan pengangkut atau orang yang
dipekerjakannya.
Pasal 144
Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang
karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh
kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan
pengangkut.
Pasal 145
Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim
kargo karena kargo yang dikirim hilang, musnah, atau rusak yang
diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama kargo berada dalam
pengawasan pengangkut
Pasal 146
Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita karena
keterlambatan pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali
apabila pengangkut dapat membuktikan bahwa keterlambatan tersebut
disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis operasional.
Pasal 147
(1) Pengangkut bertanggung jawab atas tidak terangkutnya penumpang,
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dengan alasan kapasitas
pesawat udara.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dengan memberikan kompensasi kepada penumpang berupa:
a. mengalihkan ke penerbangan lain tanpa membayar biaya tambahan; dan/atau
b. memberikan konsumsi, akomodasi, dan biaya transportasi apabila tidak ada penerbangan lain ke tempat tujuan.
Pasal 148
Tanggung jawab pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 sampai dengan Pasal 147 tidak berlaku untuk:
a. angkutan pos;
b. angkutan penumpang dan/atau kargo yang dilakukan oleh pesawat udara negara; dan
c. angkutan udara bukan niaga.
Penjelasan: pengangkut bertanggung jawab atas kerugian terhadap
penumpang yang cacat maupun yang menyebabkan kematian. Ahli waris
penumpang dapat menuntut ganti rugi terhadap pengangkut. Pengangkut
bertanggung jawab atas keterlambatan angkutan penumpang, bagasi dan
cargo. Penumpang dapat dialihkan ke pesawat lain atau pihak pengangkut
memberikan konsumsi,akomodasi dan biaya transportasi. Pengangkut
bertanggung jawab atas rusaknya barang dalam kabin akibat kegiatan
angkutan udara tersebut
• PP no. 40 tahun 1995 Tentang Angkutan Udara
Pasal 42
Perusahaan angkutan udara yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga berjadwal bertanggung jawab atas :
a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;
b. musnah, hilang atau rusaknya barang yang diangkut;
c. keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut apabila terbukti hal tersebut merupakan kesalahan pengangkut.
Pasal 45
(1) Setiap orang atau badan hukum yang mengoperasikan pesawat udara
bertanggungjawab terhadap kerugian yang diderita oleh pihak ketiga yang
diakibatkan oleh pengoperasian pesawat udara atau kecelakaan pesawat
udara atau jatuhnya benda-benda lain dari pesawat udara yang
dioperasikan.
(2) Santunan untuk pihak ketiga yang meninggal dunia sebagai akibat dari
peristiwa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan sebesar Rp
40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).
(3) Santunan untuk pihak ketiga yang menderita luka sebagai akibat dari
peristiwa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan sampai dengan
setinggi-tingginya Rp 40.000.000,00 (empat puluh juta rupiah).
(4) Santunan ganti rugi untuk pihak ketiga yang menderita cacat tetap
karena kecelakaan pesawat udara ditetapkan berdasarkan tingkat cacat
tetap yang dialami dengan setinggi-tingginya Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).
(5) Ganti rugi utnuk kerusakan barang milik pihak ketiga sebagai akibat
dari peristiwa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), hanya terhadap
kerugian yang secara nyata diderita berdasarkan penilaian yang layak.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat cacat tetap serta besarnya
santunan ganti rugi untuk masing-masing tingkat cacat tetap sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), ditetapkan oleh Menteri.
Penjelasan: Perusahaan angkutan udara bertanggung jawab terhadap
penumpang yang luka hingga menyebabkan kematian, hilangnya barang yang
diangkut, terlambatnya angkutan penumpang dan barang yang diangkut.
Perusaan akan memberikan santunan ataupun ganti rugi
terhadap penumpang akibat kelalaian angkutan udara. Perusahaan angkutan wajib memberikan pelayanan yang layak bagi penumpang
B. Pengangkutan Laut
• Undang- undang no 17 tahun 2008 tentang pelayaran
Pasal 40
(1) Perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab terhadap
keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya.
(2) Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap muatan
kapal sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen
muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan yang telah
disepakati.
Pasal 41
(1) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dapat ditimbulkan sebagai akibat pengoperasian kapal, berupa:
a. kematian atau lukanya penumpang yang diangkut;
b. musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut;
c. keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut; atau
d. kerugian pihak ketiga.
Pasal 42
(1) Perusahaan angkutan di perairan wajib memberikan fasilitas khusus
dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah usia 5
(lima) tahun, orang sakit, dan orang lanjut usia.
(2) Pemberian fasilitas khusus dan kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut biaya tambahan.
Penjelasan: Perusaaan angkutan bertanggung jawab atas kematian dan
lukanya penumpang, hilangnya barang yang diangkut,keterlambatan angkutan
dan barang yang diangkut. Perusahaan angkutan wajib memberikan
fasilitas gratis kepada penumpang yang cacat,hamil,anak balita, orang
sakit dan lanjut usia.
• PP no 51 tahun 2001 tentang Perkapalan
Pasal 100
Pengirim maupun pengangkut peti kemas bertanggung jawab dan menjamin
bahwa barang yang dikirim dalam peti kemas sesuai dengan ketentuan yang
berlaku,dan tidak melebihi batas kemampuan peti kemas yang bersangkutan.
Pasal 101
(1) Pihak pengirim maupun pengangkut peti kemas harus bertanggung jawab
dan menjamin bahwa peti kemas bersangkutan akan ditempatkan sedemikian
rupa, sehingga peti kemas tersebut tidak memperoleh beban diluar
kemampuannya.
(2) Pengirim dan pengangkut peti kemas harus yang dinilai tidak laik,
kecuali pada peti kemas tersebut terletak secara benar tanda persetujuan
yang sah sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 97.
(3) Pengangkut peti bertanggung jawab dan menjamin bahwa peti kemas yang
dimuat dikapal telah memenuhi persyaratan pemuatan untuk terwujudnya
kelaiklautan kapal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 102
Pemilik peti kemas bertanggung jawab dan menjamin bahwa peti kemasnya
dalam keadaan baik, baik pada saat penyimpanan maupun pengunaan.
Penjelasan: Pihak pengirim/ pengangkut peti kemas bertanggung jawab
bahwa barang yang dikirim dalam peti kemas tidak melebihi batas
kemampuan peti kemas dan memenuhipersyaratan ssesuai dengan ketentuan
yang berlaku
• PP no 69 tahun 2009 tentang kepelabuhan
Pasal 71
(1) Setiap orang dan/atau Badan Usaha yang melaksanakan kegiatan di
pelabuhan bertanggung jawab untuk mengganti kerugian atas setiap
kerusakan pada bangunan dan/atau fasilitas pelabuhan yang diakibatkan
oleh kegiatannya.
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi biaya
perbaikan pada bangunan dan/atau fasilitas pelabuhan yang bersangkutan.
(3) Pemilik dan/atau operator kapal yang mengakibatkan kerusakan
dan/atau tidak berfungsinya bangunan dan/atau fasilitas pelabuhan umum
wajib meninggalkan jaminan untuk pelaksanaan ganti rugi sebelum kapal
berlayar.
Pasal 73
(1) Jaminan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (3)
diserahkan kepada Panitera Pengadilan Negeri tempat domisili pelabuhan.
(2) Panitera Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
memberikan bukti penitipan jaminan ganti rugi kepada pemberi jaminan
dengan tembusan kepada Penyelenggara Pelabuhan umum.
(3) Dalam hal pemberi jaminan telah melaksanakan seluruh kewajib-annya
dalam kaitan dengan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
71 ayat (3), jaminan ganti rugi dapat diambil kembali.
Pasal 74
(1) Penyelenggara Pelabuhan umum bertanggung jawab terhadap kerugian
pengguna jasa atau pihak ke tiga lainnya karena kesalahan dalam
pengoperasian pelabuhan.
(2) Besarnya ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan berdasarkan kerugian yang nyata diderita.
Penjelasan: Pihak pelabuhan bertanggung jawab dan mengganti rugi atas
kerusakan pada bangunan akibat kegiatan pelabuhan tersebut.
Penyelenggara pelabuhan bertanggung jawab atas kelalaian dan kesalahan
akibat pengoperasian pelabuhan. Fasilitas pelabuhan harus meninggalkan
jaminan sebelum kapal berlayar
C. Pengangkutan darat
• Undang- undang no 38 tahun 2009 tentang POS
Pasal 30
Penyelenggara Pos wajib menjaga kerahasiaan, keamanan, dan keselamatan kiriman.
Pasal 31
(1) Penyelenggara Pos wajib memberikan ganti rugi atas kerugian yang
dialami oleh pengguna layanan pos akibat kelalaian dan/atau kesalahan
Penyelenggara Pos.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
jika kehilangan atau kerusakan terjadi karena bencana alam, keadaan
darurat, atau hal lain di luar kemampuan manusia.
(3) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
Penyelenggara Pos sesuai kesepakatan antara pengguna layanan pos dan
Penyelenggara Pos.
(4) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditanggung oleh Penyelenggara Pos apabila:
a. kerusakan terjadi karena sifat atau keadaan barang yang dikirim; atau
b. kerusakan terjadi karena kesalahan atau kelalaian pengguna layanan pos.
(5) Tenggang waktu dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh
ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara Penyelenggara Pos dan pengguna layanan pos.
(6) Barang yang hilang dan ditemukan kembali diselesaikan berdasarkan
kesepakatan antara Penyelenggara Pos dan pengguna layanan pos.
Pasal 32
(1) Pengguna layanan pos dilarang mengirimkan barang yang dapat
membahayakan barang kiriman lainnya, lingkungan, atau keselamatan orang.
(2) Barang terlarang yang dapat membahayakan kiriman atau keselamatan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. narkotika, psikotropika, dan obat-obat terlarang lainnya;
b. barang yang mudah meledak;
c. barang yang mudah terbakar;
d. barang yang mudah rusak dan dapat mencemari lingkungan;
e. barang yang melanggar kesusilaan; dan/atau
f. barang lainnya yang menurut peraturan perundang-undangan dinyatakan
terlarang.
(3) Pengiriman barang terlarang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan: Penyelenggara pos wajib mengganti rugi akibat
kelalaiannya. Ganti rugi tidak berlaku apabila kerusakan terjadi karena
bencana alam, keadaan darurat, atau hal lain di luar kemampuan manusia.
Penyelenggara pos dilarang mengirimkan barang yang berbahaya bagi
keselamatan lingkungan dan orang. Penyelenggara Pos sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 tidak dapat diminta pertanggungjawaban atas kehilangan
atau kerusakan kiriman yang dibuka, diperiksa, dan/atau disita oleh
pejabat yang berwenang.
• Undang- undang no 23 tahun 2007 tentang perkereta apian
Pasal 131
(1) Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib memberikan fasilitas
khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah
lima tahun, orang sakit, dan orang lanjut usia.
(2) Pemberian fasilitas khusus dan kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipungut biaya tambahan.
Pasal 132
(1) Penyelenggara sarana perkeretaapian wajib mengangkut orang yang telah memiliki karcis.
(2) Orang yang telah memiliki karcis berhak memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dipilih.
(3) Karcis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian angkutan orang.
Pasal 133
(1) Dalam penyelenggaraan pengangkutan orang dengan kereta api, Penyelenggara Sarana Perkeretaapian wajib:
a. mengutamakan keselamatan dan keamanan orang;
b. mengutamakan pelayanan kepentingan umum;
c. menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan;
d. mengumumkan jadwal perjalanan kereta api dan tarif angkutan kepada masyarakat; dan
e. mematuhi jadwal keberangkatan kereta api.
(2) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian wajib mengumumkan kepada
pengguna jasa apabila terjadi pembatalan dan penundaan keberangkatan,
keterlambatan kedatangan, atau pengalihan pelayanan lintas kereta api
disertai dengan alasan yang jelas.
Pasal 134
(1) Apabila terjadi pembatalan keberangkatan perjalanan kereta api,
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian wajib mengganti biaya yang telah
dibayar oleh orang yang telah membeli karcis.
(2) Apabila orang yang telah membeli karcis membatalkan keberangkatan
dan sampai dengan batas waktu keberangkatan sebagaimana dijadwalkan
tidak melapor kepada Penyelenggara Sarana Perkeretaapian, orang tersebut
tidak mendapat penggantian biaya karcis.
(3) Apabila orang yang telah membeli karcis membatalkan keberangkatan
sebelum batas waktu keberangkatan sebagaimana dijadwalkan melapor kepada
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian, mendapat pengembalian sebesar 75%
(tujuh puluh lima perseratus) dari harga karcis.
(4) Apabila dalam perjalanan kereta api terdapat hambatan atau gangguan
yang mengakibatkan kereta api tidak dapat melanjutkan perjalanan sampai
stasiun tujuan yang disepakati, penyelenggara sarana perkeretaapian
wajib:
a. menyediakan angkutan dengan kereta api lain atau moda transportasi lain sampai stasiun tujuan; atau
b. memberikan ganti kerugian senilai harga karcis.
Pasal 141
(1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian wajib mengangkut barang yang
telah dibayar biaya angkutannya oleh pengguna jasa sesuai dengan tingkat
pelayanan yang dipilih.
(2) Pengguna jasa yang telah membayar biaya angkutan berhak memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dipilih.
(3) Surat angkutan barang merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian pengangkutan barang.
Pasal 142
(1) Dalam kegiatan pengangkutan barang dengan kereta api, Penyelenggara Sarana Perkeretaapian berwenang untuk:
a. memeriksa kesesuaian barang dengan surat angkutan barang;
b. menolak barang angkutan yang tidak sesuai dengan surat angkutan barang; dan
c. melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila barang yang akan diangkut merupakan barang terlarang.
(2) Apabila terdapat barang yang diangkut dianggap membahayakan
keselamatan, ketertiban, dan kepentingan umum, penyelenggara sarana
perkeretaapian dapat membatalkan perjalanan kereta api.
Pasal 143
(1) Pengguna jasa bertanggung jawab atas kebenaran keterangan yang dicantumkan dalam surat angkutan barang.
(2) Semua biaya yang timbul sebagai akibat keterangan yang tidak benar
serta merugikan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian atau pihak ketiga
menjadi beban dan tanggung jawab pengguna jasa.
Penjelasan: Penyelenggara kereta api wajib memberikan fasilitas
terhadap wanita hamil,anak balita, lanjut usia dan orang sakit. Peumpang
yang memiliki karci dapat masuk kereta api, bagi yang tidak memiliki
karcis penumpang tidak bisa menaiki kereta api tersebut. Penyelenggara
kereta api dituntut agar tepat waktu, apabila terdapat keterlambatan
penyelenggara kereta api wajib mengungumkannya pada penumpang.
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian wajib mengganti biaya yang telah
dibayar oleh orang yang telah membeli karcis,apabila orang yang telah
membeli karcis membatalkan keberangkatan sebelum batas waktu
keberangkatan sebagaimana dijadwalkan melapor kepada Penyelenggara
Sarana Perkeretaapian, mendapat pengembalian sebesar 75% (tujuh puluh
lima perseratus) dari harga karcis. Penyelenggara perkeretaapia melarang
membawa benda/barang berbahaya maka perjalan akan diberhentikan.
• Undang- undang no 22 tahun 2007 tentang lalu lintas dan jalan raya
Pasal 234
(1) Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan Angkutan
Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh Penumpang
dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena kelalaian
Pengemudi.
(2) Setiap Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau Perusahaan
Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan dan/atau
perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan Pengemudi Kewajiban
dan Tanggung Jawab Pemerintah
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku jika:
a. adanya keadaan memaksa yang tidak dapat dielakkan atau di luar kemampuan Pengemudi;
b. disebabkan oleh perilaku korban sendiri atau pihak ketiga; dan/atau
c. disebabkan gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambil tindakan pencegahan.
Pasal 235
(1) Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi,
pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan bantuan
kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau biaya
pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
(2) Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban akibat
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1)
huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan
Umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa biaya pengobatan
dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Pasal 236
(1) Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang besarannya
ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.
(2) Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada
Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2)
dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi kesepakatan damai di
antara para pihak yang terlibat.
Pasal 238
(1) Pemerintah menyediakan dan/atau memperbaiki pengaturan, sarana, dan Prasarana Lalu Lintas yang menjadi penyebab kecelakaan.
(2) Pemerintah menyediakan alokasi dana untuk pencegahan dan penanganan Kecelakaan Lalu Lintas.
Pasal 239
(1) Pemerintah mengembangkan program asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(2) Pemerintah membentuk perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 240
Korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak mendapatkan:
a. pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau Pemerintah;
b. ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas; dan
c. santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan asuransi.
Setiap korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak memperoleh pengutamaan
pertolongan pertama dan perawatan pada rumah sakit terdekat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Penjelasan: Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau
Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
oleh Penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga karena
kelalaian pengemudi seperti ugal- uagalan dijalan raya dan wajib
memberikan bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan
dan/atau biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara
pidana. Para pengguna kendaraan seperti mobil,motor dan angkutan umum
harus selalu berhati- hati dalam menyetir agar tidak membahayakan diri
sendiri dan orang lain. Untuk keselamatan diri sendiri dan orang lain
ketika mengemudi hendaklah dalam kondisi yang sehat tidak dibawah
pengaruh alkohol,mengantuk dan zat- zat terlarang. Keadaan indonesia
yang rawan akan kemacetan dan pengguna jalan yang padat angka kecelakaan
di jalan raya semakin bertambah.
Dirangkum Oleh Ayu Sartika Dewi
Mahasiswi Universitas Nasional
Tugas Hukum Transportasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar